Fraksi-fraksi di DPR akhirnya menyepakati satu materi paling krusial, yang selama ini menjadi bahan perdebatan dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Presiden dan Wapres (Pilpres). Setelah melalui proses alot dan panjang, fraksi-fraksi DPR akhirnya sepakat bahwa seseorang yang akan maju sebagai capres haruslah didukung partai politik (parpol) atau gabungan parpol yang memiliki 20 persen kursi di DPR atau memperoleh 25 persen total jumlah suara pemilih dalam pemilihan umum (pemilu).

Hasil survei yang diselenggarakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di 33 provinsi -melibatkan 1.200 responden- menunjukkan mayoritas responden memilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri sebagai capres. Keduanya pun mengendalikan partai politik papan atas yang diprediksi akan mendominasi Pemilu 2009.

Di luar kedua nama itu, responden juga memilih Jusuf Kalla (JK) yang kini Wakil Presiden dan Ketua Umum DPP Partai Golkar, sebuah partai yang paling banyak menguasai suara di parlemen, dan dipilih mayoritas rakyat. Itulah hasil survei dan quick count LSI yang prediksinya telah mendapatkan tujuh rekor dari Museum Rekor Indonesia (Muri), sebagai pengakuan kredibilitas surveinya.

Di luar nama ketiga kandidat itu, nama lain yang juga populer di mata responden (pemilih) di antaranya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.

Jusuf Kalla memiliki peluang cukup besar dan bisa menjadi kandidat kuat dalam pemilihan presiden mendatang. Apalagi, hingga kini, Partai Golkar masih solid mendukung JK. Ini bisa terlihat dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas) Partai Golkar beberapa waktu lalu, Partai Golkar tidak menggolkan nama-nama capres. Semua peserta rapimnas konsisten, dan keluar dengan sikap politik yang sama: soal capres dibicarakan setelah pemilu legislatif.

Sri Sultan Hamengku Buwono X juga punya peluang jadi capres, namun kendaraan politiknya hingga kini be lum jelas. Partai Golkar sampai kini tidak pernah mengusulkan nama Sri Sultan. Tampaknya, ada kecenderungan kuat Partai Golkar mendukung JK. Dukungan politik yang diberikan kepada JK itu tentu bukannya tanpa alasan. Yang jelas, JK sudah lama di pemerintahan dan kini sebagai wakil presiden. Sedangkan Sri Sultan HB X bisa dikatakan pengalaman dan kemampuannya di tingkat nasional belum teruji.

Bagi Wiranto, untuk bisa menang dalam pilpres, dia harus berupaya menggalang dukungan dari partai lain sehingga bisa mencapai angka syarat dukungan 20 persen kursi di parlemen dan 25 persen suara pemilih. Ini sungguh perjuangan yang tidak ringan.

Untuk menang dalam pilpres, capres-capres butuh tiga hal. Pertama, mereka perlu terus mendongkrak popularitasnya, terutama setelah pemilu legislatif. Kedua, mereka harus berhasil melakukan lobby dan menggalang dukungan dari partai lain untuk memenuhi syarat ketentuan UU. Dan, ketiga, perlu dana besar untuk menggerakkan partainya.

Sumber: pilih23.com